Selasa, 01 Januari 2013

CHAIRIL ANWAR




Chairil Anwar. Dari sekian banyak penyair Ia lah yang menempati posisi teratas di hati saya :’) . Inilah Chairil dengan kisah hidupnya :’).
Chairil Anwar dilahirkan di Medan, Sumatera Utara tanggal 26 Juli 1922. Ia merupakan putra satu-satunya (sehingga dia sangat dimanjakan oleh orangtuanya) dari pasangan Toeles dan Saleha yang berasal dari Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat.
Ayahnya yang seorang Bupati Inderagiri, Riau masih memiliki pertalian keluarga dengan Sutan Syahrir, Perdana Menteri pertama Indonesia. Chairil mengenyam pendidikan di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) sekolah dasar untuk orang-orang pribumi pada masa penjajahan Belanda. Ia kemudian meneruskan pendidikannya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO). Saat usianya 18 tahun ia memutuskan untuk tidak lagi bersekolah. Sejak usia 15 tahun ia telah bertekad untuk menjadi seorang seniman. Chairil memiliki sifat keras kepala dan tidak ingin kehilangan apapun (cerminan sifat orangtuanya).
Pada usia 19 tahun (1940) , orangtuanya bercerai sehingga Chairil dan ibunya pindah ke Batavia (Jakarta) meskipun begitu ayahnya tetap menafkahi ia dan ibunya. Di kota ini lah ia berkenalan dengan dunia sastra. Meskipun Chairil tidak menyelesaikan sekolahnya, ia dapat menguasai berbagai bahasa asing seperti Inggris, Belanda dan Jerman. Ia banyak mengisi waktunya dengan membaca karya-karya pengarang internasional ternama seperti, rainer Maria Rilke, W.H auden, Archibald Macleish, Hendrik Marsman, J. Slaurhoff dan edgar du Perron. Tulisan-tulisannya para penulis-penulis tersebut banyak mempengaruhi karya-karyanya dan secara tidak langsung terhadap tatanan kesusasteraan Indonesia. Ia mempublikasikan puisi pertamanya pada tahun 1942. Puisinya menyangkut berbagai tema mulai dari pemberontakan, kematian, individualism dan eksistensialisme hingga tak jarang multi-interpretasi.
Nama Chairil mulai dikenal di dunia sastra setelah pemuatan tulisannya di Majalah Nisan (1942). Hamper semua puisi-puisi yang ia tulis merujuk pada kematian. Namun saat pertama kali mengirimkan puisi-puisinya di majalah Pandji Pustaka untuk dimuat banyak yang ditolak karena dianggap terlalu individualistis dan tidak sesuai dengan semangat Kawasan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya.
Membahas tentang percintaannya, saat ia menjadi penyiar radio Jepang di Jakarta, Chairil jatuh cinta pada Sri Ayati tetapi hingga akhir hayatnya chairil tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkannya. Kemudian ia memutuskan menikah dengan hapsah wiraredja pada 6 agustus 1946. Mereka dikaruniai seorang putrid Evawani Alissa namun di akhir tahun 1948 mereka bercerai.

Karena gaya hidup Chairil yang sembrono, diusia yang belum menginjak 27 tahun berbagai penyakit telah menggerogoti tubuh kurusnya itu. Hingga pada tanggal 28 april 1949 Allah memanggilnya kembali. Ia meninggal dalam usia muda di Rumah sakit CBZ 9sekarang Rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo) akibat penyakit TBC. Ia dimakamkan sehari kemudian di Taman Pemakaman Umum Karet Bivak, Jakarta. Hari kematiannya juga selalu diperingati sebagai Hari Chairil Anwar. Kritikus sastra Indonesia asal Belanda, A. Teeuw mengatakan bahwa Chairil telah menyadari akan mati muda, seperti tema menyarah yang terdapat dalam puisi berjudul yang Terampas dan Yang Putus.( saya juga berpendapat sama, sepertinya dia sudah merasa akan segera mati sehingga ia membuat puisi tersebut).
Puisi terakhir Chairil berjudul Cemara Menderai Sampai Jauh (1949). Karyanya yang paling terkenal berjudul Aku dan Krawang Bekasi.
Penyair yang dijuluki si Binatang Jalang ini(dari karyanya yang berjudul Aku) diperkirakan telah menulis 96 karya termasuk 70 puisi. Bersama asrul Sani dan Rivai Apin ia dinobatkan oleh H. B. Jassin sebagai pelopor Angkatan ’45 sekaligus puisi modern Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar